Pages

Ads 468x60px

Cara Pakai Jilbab Segi Empat Kreasi


Cara memakai jilbab segi empat kreasi
Pada umumnya anak-anak gadis remaja atau wanita dewasa yang tak terbiasa memakai jilbab enggan kalau di suruh pakai jilbab dengan berbagai alasan. Memakai jilbab selain kewajiban bagi seorang muslimah juga bisa di pakai dengan berbagai kreasi gaya yang trendi dan modif.
Tidak jarang seorang gadis yang apabila memakai jilbab terlihat lebih cantik dan anggun daripada tak memakai jilbab. Berbagai cara memakai jilbab segi empat kreasi kini banyak di bicarakan sebab selain lagi trend juga dapat menambah cantik penampilan. Banyak produsen jilbab yang memproduksi berbagai jilbab segi empat kreasi yang bagus-bagus.
Memakai Jilbab Menurut Pandangan Islam
Memakai jilbab adalah tuntunan agama islam yang wajib di lakukan oleh setiap muslimah yang sudah aqil baligh. Tujuan utama memakai jilbab adalah menutup aurat rambut dan ini perintah langsung dari Allah S.W.T QS. Annur ayat 31. Memakai jilbab yang benar menurut islam adalah yang dapat menutupi rambut sampai ke dada.
Tips memilih jilbab
Sebelum anda membaca lebih lanjut tentang cara memakai jilbab segi empat kreasi, ada baiknya anda mengetahui tips memakai jilbab segi empat kreasi.
1. Lihat Bentuk dan Modelnya
Pilih model jilbab yang sesuai dengan bentuk wajah,kulit dan kebutuhan anda.
2. Sesuaikan dengan tujuan pemakaian.
Sebelum memilih jilbab tentunya anda sudah punya pakaian di rumah yang akan menjadi pasangan jilbab tersebut. Jadi anda harus menyesuaikannya dengan tujuan anda. Apakah jilbab tersebut nantinya untuk santai di rumah, atau untuk bepergian. Biasanya kalau memilih jilbab untuk di pakai kerja di kantor atau sekolah maka meilih yang banyak aksesorisnya tentu tidak salah bahkan akan terlihat semakin cantik.
3. Perhatkan Bahan Kainnya
Memilih jilbab yang dapat menyerap ketringat dan tidak panas tentu erat kaitannya dengan jenis kain yang di buat. Oleh sebab itu perhatikan jenis kain tersebut apakah nantinya nyaman di pakai atau tidak.
Cara MemakaiJilbab Segi Empat Kreasi
Bagi yang sudah terbiasa, memakai jilbab buknlah hal yang sulit, namu bagi belum terbiasa sering rikuh dan bingung cara makainya. Berikut ini video cara memakai jilbab segi empat kreasi yang sesuai dengan Syari’at islam. Silahkan di putar atau di download.


Gambar Kaligrafi Arab


Kaligrafi Arab 1
 
Kaligrafi Arab 2

Kaligrafi Arab 3

Kaligrafi Arab 4

Kaligrafi Arab 5
 
Kaligrafi Arab 6

Kaligrafi Arab 7

Kaligrafi Arab 8
   

Kaligrafi Arab 9
  

Kaligrafi Arab 10

Bukti Kesaksian Dua Tetes Air Mata

Alkisah Ahmad bin Miskin hidup dengan istri dan anaknya yang masih kecil. Kesusahan menderanya terus-menerus. Tak ada pekerjaan yang dilakukannya. Suatu malam, setelah seharian tak secuil makanan masuk kedalam perutnya, hatinya gelisah dan tak dapat tidur. Hatinya perih seperti perutnya yang keroncongan. Seperti prajurit yang kalah perang, ia lesu, lemah-lunglai, dan tak ada harapan. Anaknya menangis seharian, karena tak ada air susu dari istrinya yang lapar. Sungguh kefakiran ini membuatnya sangat menderita. Timbul pemikiran darinya untuk menjual rumah yang ditempatinya.

Esok harinya, usai shalat shubuh berjamaah dan berdoa, ia menemui sahabatnya Abdullah as-sayyad. “Wahai Abdullah! Bisakah kau pinjamkan aku beberapa dirham untuk keperluan hari ini. Aku bermaskud menjual rumahku. Nanti setelah laku akan kuganti,” kata Ahmad.

“Wahai Ahmad. . . ambillah bungkusan ini untuk keluargamu dan pulanglah! Nanti aku akan menyusul kerumahmu membawakan semua kebutuhanmu itu,” jawab Abdullah cepat. Maka Ahmad pun pulang kerumah sambil terus merenung untuk menjual rumahnya. Sungguh sakit kalau harus menjual rumah satu-satunya, sekadar untuk makan. “Setelah itu, saya akan tinggal dimana,” renung Ahmad.

Ahmad segera memantapkan langkahnya. Kini ia membawa bungkusan makanan untuk keluarganya. Tentu istrinya akan gembira dan anaknya akan tertawa lucu setelah memperoleh air susu. “ Terasa nikmat roti yang dibungkus ini tentunya. Sahabat Abdullah memang sangat dermawan, sahabat sejatiku,” desah Ahmad.

Belum sampai setengah perjalanan, tiba-tiba seorang wanita dengan bayi dalam gendongan menatap iba. “Tuan, berilah kami makanan. Sudah beberapa hari ini kami belum makan. Anak ini anak yatim yang kelaparan, tolonglah. Semoga Allah swt. Merahmati tuan,” ratap ibu itu.

Iba rasa hati Ahmad. Ditatapnya bayi yang digendong wanita itu. Tampak wajah yang layu, pucat kelaparan. Wajah yang mengharap belas kasihan. Sungguh melas, tak sanggup Ahmad memandangnya lama-lama. Dibandingkan keluargaku, mungkin ibu dan anak ini lebih membutuhkan. “Biarlah aku akan mencari makanan lain untuk keluargaku,” Ahmad membatin. “Ini ambillah bu. . . aku tak punya yang lain, semoga dapat meringankan bebanmu. Kalau saja aku punya yang lain mungkin aku akan membantumu lebih banyak,” kata Ahmad sambil menyerahkan bungkusan yang sama sekali belum disentuhnya.

Dua tetes air mata jatuh dari mata sang ibu, “Terima kasih. . .terima kasih tuan. Sungguh tuan telah menolong kami dan semoga Allah membalas budi baik tuan dengan balasan yang besar,” si ibu berterima kasih dan menunduk hormat. Maka Ahmad pun meneruskan perjalanan.

Ia beristirahat bersandar di batang pohon sambil merenungi nasibnya. Namun, ia kembali ingat bahwa sahabatnya Abdullah telah berjanji akan datang membawakan keperluannya. Dan Abdullah tak pernah ingkar janji sekalipun. Maka bergegas ia pulang dengan perasaan harap-harap cemas. Di tengah jalan dia berpapasan dengan sahabat baiknya Abdullah.

“Wahai Ahmad kemana saja engkau,” tegur Abdullah tersengal-sengal. “Aku mencarimu kesan-kemari. Aku datang kerumahmu membawakan keperluanmu yang aku janjikan. Namun, ditengah perjalanan aku bertemu dengan saudagar dengan beberapa onta bermuatan penuh. Dia ingin bertemu ayahmu. Dia bilang ayahmu pernah memberi pinjaman 30 tahun yang lalu. Setelah jatuh bangun berdagang, sekarang ia telah menjadi saudagar besar di Bashrah. Kini ia akan mengembalikan uang pinjamannya, keuntungan serta hadiah-hadiah,” jelas Abdullah. “Sekarang segera pulanglah Ahmad! Harta yang banyak menunggumu. Tak perlu kau jual rumah lagi,” kata Abdullah.

Kaget bukan kepalang Ahmad mendengar perkataan sahabatnya Abdullah. Sungguh ia tak percaya dengan perkataannya itu.

“Benarkah Abdulah, benarkah?” tanya Ahmad ragu-ragu. Maka, ia berlari seperti terbang, pulang kerumahnya. Sejak itulah Ahmad menjadi orang kaya raya di kotanya.

Ahmad gemar berbuat kebajikan, apalagi kepada sahabatnya Abdullah. Pada suatu malam ia bermimpi. Sepertinya saat itu amalannya dihisab oleh para malaikat. Maka pertama-tama, dosa dan kesalahannya ditimbang. Wajahnya pucat. Berapa berat dosa yang dimilikinya. “Apakah amal kebaikan yang dilakukan dapat melebihi dosa-dosa itu?” Ahmad membatin.

Perlahan-lahan amal kebaikannya ditimbang. Pahala berderma dengan lima ribu dirham hanya ringan-ringan saja. Kata malaikat karena harus dipotong oleh kesombongan dan riya. Demikian seterusnya. Ternyata seluruh amalannya tetap tak bisa mengimbangi beratnya dosa yang ia lakukan. Ahmad menangis.

Para malaikat bertanya, “Masih adakah amal yang belum ditimbang?” “Masih ada,” kata malaikat yang lain. “Masih ada, yakni dua amalan baik lagi.”

Ternyata salah satunya adalah roti yang diberikannya kepada anak yatim dan ibunya. Makin pucatlah wajah Ahmad. “Mana mungkin amalan itu dapat menyeimbangkan dosa-dosanya yang berat,” keluhnya. Malaikat pun sibuk menimbang roti itu. Namun, ketika ditimbang, ternyata timbangan langsung terangkat. Betapa beratnya bobot amalan itu. Kini timbangan ahmad tetap seimbang. Wajahnya sedikti tenang. Ia gembira, sungguh diluar dugaannya.

“namun amalan apalagi yang tersisa? Karena ini masih seimbang,” katanya dalam hati.

Maka malaikat pun mendatangkan dua tetes air mata syukur dan terharu ibu anak yatim atas pertolongan Ahmad. Ahmad tak menyangka kalau tetesan air mata ibu anak yatim dinilai dengan pahala untuknya. Ia bersyukur. Para malaikat pun menimbang tetes air mata. Namun, tiba-tiba dua tetes air mata itu berubah menjadi air bah bergelombang dan meluas bak lautan. Lalu dari dalamnya muncul ikan besar. Kemudian malaikat menangkap dan menimbang ikan itu yang disetarakan dengan amalan baik Ahmad.

Ketika ikan menyentuh timbangan, meka seperti bobot yang sangat berat, timbangan pun segera condong kearah kebaikan. “Dia selamat, dia selamat,” terdengar teriakan malaikat. Gembiralah hati Ahmad.

“Sekiranya aku mementingkan diri dan keluarga sendiri, maka tak adalah berat roti dan ikan itu,” Ahmad termenung gembira. Anak yatim dan ibunya itu yang telah menyelamatkan dirinya. Pada saat itu Ahmad terbangun dari mimpi.

Saudara-saudariku, sungguh amal yang ikhlas di tengah kesempitan, bernilai tinggi di mata Allah swt.

Semoga kisah tersebut dapat membawa hikmah bagi kita semua, aamiin…

Diposkan oleh 20th Century Al Ghumayd
sumber