SEATTLE (SuaraMedia) - Setiap hari Jumat, Pendeta Ann Holmes Redding mengenakan kerudung hitam, bersiap untuk shalat berjamaah dengan kelompok Muslimnya di First Hill.
Tiap Minggu pagi, Redding mengenakan kerah putih keuskupannya.
Dia melakukan keduanya, karena dia mengaku sebagai seorang Muslim dan Kristen.
Redding, yang sampai sekarang adalah pemimpin formasi keimanan di St. Mark Episcopal Cathedral, telah menjadi pendeta lebih dari 20 tahun. Sekarang dia siap untuk mengumumkan pada orang-orang bahwa selama lebih dari 15 bulan, dia adalah seorang Muslim juga — tenggelam dalam keimanan setelah dia mendengarkan ceramah tentang Islam.
Pengumumannya telah menimbulkan kejutan, kekacauan dan pertanyaan yang tegas: Bagaimana bisa seseorang menjadi seorang Muslim dan Kristen sekaligus?
Teman-temannya biasa mendukung Redding, tetapi para pakar agama masih berbeda pendapat: Sebagian mengatakan bahwa itu tergantung bagaimana seseorang menafsirkan prinsip dari kedua agama, yang tentu saja memungkinkan untuk menjadi keduanya. Sebagian yang lain beranggapan bahwa kedua agama (Islam dan Kristen) satu sama lain terpisah.
“Ada banyak paham dalam agama yang sungguh sangat berbeda,” kata Kurt Frederickson, direktur program kementrian dokter di Seminar yang diadakan di Pasadena, Calif. "Yang paling mendasar adalah: Apa yang anda lakukan (pikir) tentang Isa?”
Kristen memiliki nilai hubungan sejarah dengan Nabi Isa sebagai anak Tuhan dan perwujudan Tuhan, keduanya adalah manusia dan memiliki sifat ketuhanan. Umat Muslim walaupun mereka memandang Isa sebagai Nabi yang diutamakan, tetapi mereka tidak memandang Isa sebagai Tuhan dan tidak menganggapnya sebagai anak Tuhan.
“Saya kira tidak mungkin seseorang dapat memeluk dua agama, kata Fredrickson, seperti “Anda tidak dapat menjadi seorang Republik dan Demokrat.”
Redding yang akan memulai mengajar Perjanjian Baru sebagai asisten profesor sementara di Seattle University musim gugur ini, memiliki pemahaman yang lain: “Saya seorang Muslim dan Kristen, seperti saya orang Amerika keturunan Afrika. Saya seratus persen keduanya.”
“Pada dasarnya, saya memahami bahwa kedua agama ini adalah cocok. Itulah yang saya butuhkan.”
Dia berkata bahwa dia merasa ada sesuatu yang tak dapat dijelaskan untuk menjadi orang Muslim, dan untuk berserah diri pada Tuhan – Arti dari kata “Islam.”
“Ini bukan sesuatu tentang intelektual,” dia berkata. “Semua yang saya tahu yaitu panggilan dari hati saya pada Islam sangat sesuai dengan identitas saya dan apa yang saya kehendaki.”
“Saya mungkin bukan orang Islam.”
Redding yakin bahwa menceritakan kisahnya dapat mengurangi ketegangan agama, dan dia berharap ini dapat menjadi sebuah langkah bagi mimpinya untuk menciptakan sebuah institut yang mempelajari Yahudi, Kristen, dan Islam.
“Saya pikir hal yang terjadi pada diri saya dapat menjadi sebuah tanda harapan,” dia berkata.
Walaupun orang tuanya tidak begitu religius, mereka membaptiskan dan mengirim Redding ke sekolah Uskup di hari Minggu. Dia selalu merasa bahwa Tuhan hadir dan menyayanginya, bahkan ketika dia ditimpa musibah.
Dia menemukan sesuatu yang dia suka di St. Mark’s, di Gereja Uskup di Washington bagian barat pada tahun 2001. Dia bertanggung jawab atas program untuk membentuk dan memperdalam iman orang-orang sampai Maret tahun ini.
Ironisnya, di St. Mark’s lah dia pertama kali tertarik pada Islam.
Di musim gugur tahun 2005, seorang pemimpin Muslim memberi sebuah pembicaraan di gereja katedral, dan shalat sebelum melakukannya. Redding sangat tersentuh. Ketika pemimpin Islam itu menjatuhkan kakinya dan merentangkan kedepan kearah lantai, bagi Redding, seolah-olah seluruh tubuh pemimpin Islam itu diserahkan pada Tuhan.
Kemudian pada musim semi, di kelas antar agama St. mark, seorang pemimpin Muslim yang lain mengajarkan nyanyian doa dan memimpin meditasi untuk membukakan hati seseorang. Nyanyian doa tersebut menawan hati Redding yang dulunya adalah seorang penyanyi. Dan meditasi tersebut berbicara pada hatinya. Dia mulai membaca doa itu tiap hari.
Dalam tenggang waktu itu, ibunya meninggal, dan kemudian “Saya dalam situasi yang saya sendiri tidak dapat mengatasinya, kecuali dengan kepasrahan yang total pada Tuhan,’ dia berkata.
Di bulan Maret 2006, dia mengucapkan kalimat Syahadat – bersaksi bahwa hanya ada satu Tuhan dan Nabi Muhammad adalah utusannya. Dia menjadi seorang Muslim
Dia menemukan kedisiplinan dalam shalat lima kali sehari, satu dari lima rukun Islam yang semua orang Islam harus ikuti – memberinya perasaan mendalam dengan Tuhan yang dia dambakan.
Teman-teman yang tidak mengetahui bahwa dia memeluk Islam mengatakan bahwa dia berseri-seri.
Bagaimanapun dia mengatakan, “Memeluk Islam seperti datang ke sebuah keluarga yang telah jauh dari saya. Kita bukan saja memiliki Tuhan yang sama, tetapi kita juga memiliki moyang yang sama yaitu Nabi Ibrahim.”
Tentu saja Islam, Kristen, dan Yahudi berasal dari satu akar, Nabi Ibrahim, Nabi yang dianut umat Yahudi yang juga dipandang sebagai bapak spiritual dari tiga agama. Mereka memiliki keyakinan yang sama dalam satu Tuhan, dan ada beberapa cerita khusus yang mirip dalam kitab suci mereka.
Dia tidak percaya bahwa Nabi Isa dan Tuhan sama, tetapi Tuhan lebih dari Nabi Isa.
Yang membuat Nabi Isa istimewa adalah, bahwa dia sangat berbeda dari manusia yang lain, dia diperintah oleh Tuhan untuk mengajarkan ajaran Tuhan.
Sebagian pakar agama mengerti pemikiran Redding.
Pandangan populer Kristen adalah bahwa Nabi Isa adalah Tuhan dan dia datang ke bumi mengambil tubuh manusia, umat Kristen yang lain percaya bahwa sifat ketuhanan Nabi Isa memiliki arti bahwa dia membawa semangat Tuhan dalam kehidupan dan pekerjaannya, kata Eugene Webb, seorang profesor di University of Washington.
Webb mengatakan bahwa menjadi orang Muslim dan Kristen adalah mungkin: “Ini adalah masalah penafsiran. Tapi banyak orang dari kedua belah pihak tidak yakin dengan penafsiran ini.”
Ihsan Bagby, seorang profesor tentang studi Islam di University of Kentucky, setuju dengan Webb, dan menambahkan bahwa Islam cenderung sedikit lebih fleksibel. Orang Islam boleh mempercayai Nabi Isa, selagi dia percaya dengan pesan Nabi Muhammad.
Tetapi pakar agama yang lain meragukannya.
“Kepercayaan-kepercayaan teologi tak dapat dijadikan satu,” kata Muhammad Ayoub, profesor studi Islam di Temple University di Philadelphia. Islam mempercayai bahwa Tuhan hanyalah satu, berbeda, dan tak dapat dilihat. “Bagi umat Islam mengatakan Nabi Isa sebagai Tuhan adalah salah.”
Frank Spina, seorang pendeta dan juga profesor teologi Injil dan Perjanjian Lama di Seattle Pacific University mengatakan, “Saya tidak yakin hal semacam ini bisa dilakukan, saya kira anda harus menerima apa yang diajarkan oleh agama Kristen."
“Pokok dari ajaran Kristen tidak hanya menganggap bahwa nabi Isa adalah pendeta atau bahkan Nabi yang hebat, tetapi juga percaya dia adalah jelmaan dari Tuhan yang menciptakan dunia ini.
Redding tahu banyak orang Kristen dan Islam yang tidak menerima dia sebagai seorang Muslim dan Nasrani.
“Saya tidak peduli,’ dia berkata. “Mereka tak dapat menghilangkan kebapsitan saya.” Dan dia mengerti itu, dan jika sekali dia memutuskan untuk menjadi seorang Muslim, tidak seorangpun dapat merubahnya juga. Dia juga berkata, “saya akan menjadi 100 persen orang Islam dan 100 persen orang Kristen ketika saya meninggal dunia.”
Akhir-akhir ini, Redding sering membawa kerudung kemanapun ia pergi supaya bisa shalat lima kali sehari.
Tiap hari Jumat, Redding shalat dengan sekitar 20 orang di Al-Islam Center. Tiap hari minggu, dia berdoa di gereja, biasanya di gereja St. Clement dekat Mount Baker.
Doug Thorpe melihat bahwa Redding sangat memperdalam nilai-nilai spiritualnya. Dan itu mendorongnya untuk membaca Al-Quran dan berpikir lebih dalam tentang keimanannya.
Bagi Redding, ini semua menyimbolkan dirinya. “Saya melihat Allah dari Nabi Isa,” tambahnya. (hd/sn) Dikutip oleh http://www.suaramedia.com
No comments:
Post a Comment
Assalamualaikum.. Temen2 jangan lupa Komentar na ^_^