Previous
Left arrow key Next
Right arrow key Close
Dalam game “Faith Fighter” buatan Molleindustria tersebut, antara lain digambarkan Nabi Muhammad dan Nabi Isa sedang bertarung (Berita SuaraMedia)
KAIRO (SuaraMedia) – Organisasi Konferensi Islam (OIC) merasa prihatin dengan beredarnya videogame yang menggambarkan sosok Nabi Muhammad, Nabi Isa, dan Buddha sedang bertarung dalam suatu arena. Dalam game bertajuk “Faith Fighter” (Petarung Agama) tersebut, dewa Hindu Ganesha juga turut dilibatkan menjadi salah seorang petarung, sebagai latar belakang pertarungan, dipergunakan gambar bangunan-bangunan yang luluh lantak dan terbakar.
Dewa menyerang dengan sambaran petir dan semburan api, dan Nabi Muhammad yang digambarkan mengenakan surban mampu mendatangkan meteor hitam yang terbakar.
Organisasi Konferensi Islam yang mewakili negara-negara Muslim mengatakan bahwa game tersebut harus segera dihapus dan dihentikan peredarannya dari internet.
“Game komputer tersebut mengandung isi yang sangat menyinggung umat Muslim dan Kristen, game tersebut hanya bertujuan untuk memicu keributan,” demikian bunyi pernyataan dari OIC.
OIC meminta pengelola situs yang menyediakan game tersebut secara online untuk segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan menghapuskan game tersebut dari situs internet.
Perancang game tersebut, Molleindustria, berkilah bahwa game tersebut sebenarnya telah beredar selama setahun lebih dan sudah dimainkan hingga jutaan kali, mereka beranggapan bahwa permasalahan yang mencuat berkenaan dengan game tersebut hanya salah paham belaka, namun mereka juga menambahkan bahwa game tersebut telah dihapus dari dunia maya.
“Game ini dibuat dengan tujuan untuk menentang kekerasan dan sikap tanpa toleransi, juga untuk menentang kartun satir Nabi Muhammad yang dibuat di Denmark,” tulis Molleindustria dalam sebuah e-mail. “Jadi jika sampai sebuah organisasi terkemuka tidak dapat menangkap ironi dan pesan yang ada di dalamnya, maka kami telah gagal.”
Dalam Islam, segala upaya penggambaran Nabi tidak diperkenankan.
Ketika sebuah surat kabar Denmark mencetak 12 kartun yang secara negatif menggambarkan Nabi Muhammad, hal tersebut membuat geram seluruh umat Muslim di dunia.
Serangkaian protes dan kecaman keras bermunculan dari Maroko hingga Indonesia, dimana para pengunjuk rasa membakar bendera Denmark dan mengutuk Denmark dan sejumlah kepentingan dunia Barat. Beberapa negara Muslim memboikot produk-produk buatan Denmark.
Dalam game tersebut, para karakter dapat melompat, menendang dan menghajar satu sama lain, mirip dengan game pertarungan di mesin arcade yang populer pada dekade 1980 dan 1990an.
Organisasi Konferensi Islam memberikan respon terhadap sebuah artikel yang dimuat di sebuah situs berita Inggris, Metro UK, dan menyatakan bahwa game tersebut menyinggung kelompok-kelompok keagamaan.
Namun Molleindustria kembali mengeluarkan bantahan dengan mengatakan, “Kami menduga orang-orang di OIC tidak benar-benar memainkan dan memperhatikan game tersebut dengan seksama dan hanya menjadikan artikel di Metro UK sebagai referensi yang menimbulkan kontroversi.”
Dalam sebuah pernyataan yang dilansir di situsnya, dimana game tersebut tersedia untuk dimainkan, Molleindustria mengatakan bahwa game tersebut tidak dibuat dengan tujuan untuk menyinggung ajaran agama manapun.
“Game tersebut dibuat dengan tujuan untuk membuat orang-orang yang memainkannya menyadari betapa simbol-simbol sakral keagamaan seringkali dipergunakan untuk memicu atau membenarkan konflik antar kelompok dan antar bangsa,” kata Molleindustria.
Dalam situs tersebut juga disebutkan bahwa game tersebut merupakan “sarana pelampiasan kebencian terhadap agama lain dengan cara yang menyenangkan.”
Pihak pembuat game juga menawarkan sebuah versi “sensor” dimana wajah Nabi Muhammad tidak diperlihatkan.
Dalam situsnya, Molleindustria menyebut diri sebagai “sebuah kelompok seniman, perancang, dan programmer asal Italia yang bertujuan untuk menguak akibat-akibat sosial dan politik yang bisa ditimbulkan oleh videogame.”
Game-game lain buatan Molleindustria yaitu: Pedopriest, Queer Power dan Oiligarchy, juga dianggap berisi ejekan terhadap Gereja Katolik, orientasi seksual, dan industri perminyakan.
Ini bukan pertama kalinya videogame online memicu kecaman keras dari organisasi-organisasi Muslim. Pada tahun 2008, sebuah kelompok Islam di London memprotes beredarnya sebuah game yang bertemakan pembantaian kaum Muslim. Masyarakat Islam Ramadan yang berpusat di London mendesak pemerintah Inggris untuk melakukan investigasi dan mencekal situs internet yang mempromosikan game tersebut di dunia maya.
Pembuat videogame berjudul “Muslims’ Massacre” merancang sebuah situs internet khusus, dimana situs Video game tersebut kemudian diblokir oleh sejumlah negara Arab. Dalam situs tersebut, sang pembuat game mengatakan bahwa dirinya “terpikir untuk membuat game tersebut setelah pemerintah AS secara resmi mendeklarasikan perang terhadap Islam.”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Assalamualaikum.. Temen2 jangan lupa Komentar na ^_^