Meninggalkan Zina, Lalu Allah Menggantinya dengan Kerajaan dan Wanita yang Halal
Ibu Yusuf `alaihis salam bernama Rahil. Ia memiliki sebelas saudara. Ayahnya sangat mencintai Yusuf `alaihis salam. Hal itulah yang kemudian mengakibatkan kedengkian saudara-saudaranya yang lain. Sebab mereka adalah satu kelompok, satu jamaah. Namun, sang ayah begitu cintanya kepada Yusuf dan saudaranya Bunyamin. Apa yang terjadi selanjutnya? Mereka meminta kepada sang ayah agar Yusuf diperbolehkan pergi bersama mereka. Mereka pura-pura memperlihatkan keinginan agar Yusuf menggembala bersama mereka, padahal mereka menyembunyikan sesuatu daripadanya, yang hanya Allah Yang Mahatahu. Maka mereka pun mengajak Yusuf, lalu mereka melemparkannya ke dalam sumur tua. Kemudian datanglah rombongan musafir. Mereka menurunkan timba ke dalam sumur dan Yusuf pun menggayut padanya. Yusuf lalu dijual kepada seorang raja di Mesir. Ia dibeli hanya dengan beberapa dirham.-(1) Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Allah berfirman, “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, ‘Marilah ke sini’. Yusuf berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik’. Sesungguhnya orang-orang yang zhalim tiada akan beruntung. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (Yusuf: 23-24).
Allah menyebutkan godaan istri raja tersebut kepada Yusuf `alaihis salam, serta permintaannya kepada Yusuf sesuatu yang tidak pantas dengan posisi dan kedudukannya. Yakni wanita itu berada di puncak kecantikan, kejelitaan, kedudukan dan masih amat muda. Ia lalu menutup semua pintu untuk hanya berdua. Ia telah siap untuk menyerahkan dirinya dengan mengenakan pakaian kebesaran yang sangat indah. Padahal ia adalah seorang isteri raja. Sedangkan Yusuf `alaihis salam kala itu adalah seorang pemuda tampan dan elok, sedang berada di masa pubertas, masih perjaka dan tidak ada yang bisa menggantikannya. Ia jauh dari keluarga dan kampung halamannya. Sedangkan orang yang tinggal di tengah-tengah keluarga dan sahabatnya tentu akan malu jika diketahui perbuatan kejinya, sehingga akan jatuhlah kehormatannya dalam pandangan mereka. Tetapi, jika ia berada di negeri asing, maka kendala itu sirna. Apalagi ia dalam posisi diminta, maka menjadi hilanglah kendala lelaki yang biasanya menawarkan diri, hilang pula rasa takutnya untuk tidak bersambut. Dan wanita itu berada dalam kekuasaan dan rumah pribadinya, sehingga ia tahu persis kapan waktu yang tepat, dan di tempat mana sehingga tak ada yang bisa melihat.
Namun, betapapun kesempatan yang ada, Yusuf `alaihis salam justru menjaga diri dari yang diharamkan, Allah menjaganya dari berbuat keji karena dia adalah keturunan para nabi. Allah menjaganya dari tipu daya para wanita. Dan Allah pun menggantinya dengan kekuasaan di muka bumi, di mana saja yang ia kehendaki. Allah memberinya kerajaan. Lalu, kepadanya datang wanita yang sebelumnya dengan merendahkan diri, meminta dan mengiba agar dinikahinya secara halal, maka Yusuf pun menikahinya. Ketika malam pertama, Yusuf berkata kepadanya, ‘Ini sungguh lebih baik daripada apa yang dulu engkau inginkan.’
Wahai umat Islam, renungkanlah! Betapa setelah ia meninggalkan yang haram, Allah lalu menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik daripadanya. Karena itu, Yusuf `alaihis salam adalah penghulu dari tujuh (golongan) para penghulu yang bertakwa dan amat mulia. Sebagaimana disebutkan dalam Shahihain dari penutup para nabi, shallallahu `alaihi wasallam, dari Tuhan segenap langit dan bumi,
سَبْعَةُ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَ ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَادِلٌ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ الله خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِاْلمَسْجِدِ إِذَا خَرَجَ مِنْهُ حَتَّى يَعُوْدَ إِلَيْهِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّ فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَا بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ الله (رواه البخاري ومسلم)
“Ada tujuh (golongan) yang mendapatkan naungan Allah, saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; penguasa yang adil, laki-laki yang mengingat Allah secara menyendiri kemudian air matanya mengalir, laki-laki yang hatinya tertambat dengan masjid saat ia keluar daripadanya sampai ia kembali lagi, dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya, laki-laki yang menyembunyikan sedekahnya, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kanannya, pemuda yang tumbuh (dengan senantiasa) beribadah kepada Allah serta laki-laki yang diajak oleh wanita yang berpangkat dan jelita (tetapi) ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’.”
No comments:
Post a Comment
Assalamualaikum.. Temen2 jangan lupa Komentar na ^_^