Banyak dikalangan sahabat Nabi SAW yang merasa menyesal karena tidak bisa mengikuti peperangan Badar. Perang besar dan pertama dalam sejarah Islam itu telah membangkitkan eksistensi masyarakat islam sebagai sebuah kehidupan masyarakat yang tampil tangguh di tengah kehidupan suku suku arab yang suka berselisih. Salah satu sahabat yang tidak sempat mengikuti perang badar adalah Anas bin Nadhar r.a. dia telah bertekad bila ada seruan jihad lagi akan menyambut dengan sesegera mungkin. Dia telah menyiapkan kuda dan pedang terbaik untuk menyambut seruan jihad.
Beberapa tahun kemudian masa yang dinanti nanti itu telah tiba. Kaum kafir Quraisy kembali menghadapkan kekuatan militernya menuju kota Madinah. Sebanyak tiga ribu tentara kafir Quraisy yang terdiri dari pasukan kaveleri dan infanteri diiringi biduanita dan pelacur sambil membawa panji panji kemusyrikan dengan pongah hendak menuntut balas atas kekalahan secara memalukan yang terjadi di perang Badar.
Rasulullah SAW segera bermusyawarah dengan para sahabatnya dan setelah melalui perundingan yang cukup rumit akhirnya disepakati untuk menyambut mereka diluar kota Madinah. Para sahabat serentak menyambut seruan itu kecuali segolongan munafik yang dengan malas kembali menarik dukungannya dari berjihad. Anas bin Nadhar r.a tidak mau ketinggalan dalam menyambut jihad ke medan Uhud. Maka berangkatlah Rasulullah beserta para sahabat sebanyak seribu orang hendak kembali memperjuangkan tegaknya kalimatillah diatas bumi ini.
Peperangan berlangsung dengan sengit dan pasukan muslimin dengan pasti mulai berhasil mendesak mundur pasukan musuh. Serangan semakin digencarkan dan kemenangan telah nampak didepan mata dan sebagian pasukan musuh telah meninggalkan kuda dan harta bendanya di medan perang. Melihat hal itu maka ada sebagian pasukan kaum muslimin yang mulai sibuk mengumpulkan ghanimah. Diatas bukit Uhud sejumlah pasukan pemanah yang dipimpin Abdullah bin Zubair r.a mulai tertarik ingin mengumpulkan ghanimah. Maka Abdullah bin Zubair r.a mengingatkan pasukannya akan wasiat Rasulullah SAW bahwa pasukan pemanah tidak boleh meninggalkan bukit dalam kondisi apapun sampai datang kurir untuk menemui mereka, tapi ternyata peringatan dari amir pasukan pemanah tidak mereka hiraukan dan mereka segera menuju kebawah bergabung dengan pasukan yang lain sambil mengumpulkan ghanimah.
Pada saat itulah tiba tiba pasukan Quraisy pimpinan Khalid bin Walid yang waktu itu belum masuk islam berhasil menguasai bukit Uhud tempat paling strategis untuk memanah pasukan lawan. Dan kini pasukan kaum muslimin mulai kewalahan menghadapi serbuan balasan. Kaum muslimin makin terdesak dan formasi pasukan sudah tidak kokoh lagi. Pada saat itulah Anas bin Nadhar r.a bertemu dengan sahabat Saad bin Muaz r.a dan berkata “Wahai Sa’ad engkau mau kemana. Sesungguhnya aku mencium aroma syurga dari balik gunung Uhud”, setelah berkata seperti itu Anas bin Nadhar r.a segera menerjunkan diri ke gerombolan pasukan lawan. Pedang ditangannya makin banyak memakan korban musuh sementara tubuhnya sudah rusak terkena tebasan pedang dan anak panah. Anas bin Nadhar sudah bulat hati tidak akan pulang kembali ke madinah dan ingin menemukan syahid di medan jihad. Dan keinginannya dipenuhi oleh Allah. Dia mati syahid dengan delapan puluh luka ditubuh. Tubuhnya sangat rusak dan tidak dapat dikenali kecuali oleh saudara wanitanya setelah mengecek jari jari tangannya. Sahabat yang mulia ini telah berkorban dengan cara yang terbaik dan termulia dalam meninggikan kalimatillah. Adapun nikmat aroma syurga yang Allah beri kepadanya ketika masih didunia adalah sebagian karomah yang Allah berikan kepada hamba hambanya yang sholeh.
Beberapa tahun kemudian masa yang dinanti nanti itu telah tiba. Kaum kafir Quraisy kembali menghadapkan kekuatan militernya menuju kota Madinah. Sebanyak tiga ribu tentara kafir Quraisy yang terdiri dari pasukan kaveleri dan infanteri diiringi biduanita dan pelacur sambil membawa panji panji kemusyrikan dengan pongah hendak menuntut balas atas kekalahan secara memalukan yang terjadi di perang Badar.
Rasulullah SAW segera bermusyawarah dengan para sahabatnya dan setelah melalui perundingan yang cukup rumit akhirnya disepakati untuk menyambut mereka diluar kota Madinah. Para sahabat serentak menyambut seruan itu kecuali segolongan munafik yang dengan malas kembali menarik dukungannya dari berjihad. Anas bin Nadhar r.a tidak mau ketinggalan dalam menyambut jihad ke medan Uhud. Maka berangkatlah Rasulullah beserta para sahabat sebanyak seribu orang hendak kembali memperjuangkan tegaknya kalimatillah diatas bumi ini.
Peperangan berlangsung dengan sengit dan pasukan muslimin dengan pasti mulai berhasil mendesak mundur pasukan musuh. Serangan semakin digencarkan dan kemenangan telah nampak didepan mata dan sebagian pasukan musuh telah meninggalkan kuda dan harta bendanya di medan perang. Melihat hal itu maka ada sebagian pasukan kaum muslimin yang mulai sibuk mengumpulkan ghanimah. Diatas bukit Uhud sejumlah pasukan pemanah yang dipimpin Abdullah bin Zubair r.a mulai tertarik ingin mengumpulkan ghanimah. Maka Abdullah bin Zubair r.a mengingatkan pasukannya akan wasiat Rasulullah SAW bahwa pasukan pemanah tidak boleh meninggalkan bukit dalam kondisi apapun sampai datang kurir untuk menemui mereka, tapi ternyata peringatan dari amir pasukan pemanah tidak mereka hiraukan dan mereka segera menuju kebawah bergabung dengan pasukan yang lain sambil mengumpulkan ghanimah.
Pada saat itulah tiba tiba pasukan Quraisy pimpinan Khalid bin Walid yang waktu itu belum masuk islam berhasil menguasai bukit Uhud tempat paling strategis untuk memanah pasukan lawan. Dan kini pasukan kaum muslimin mulai kewalahan menghadapi serbuan balasan. Kaum muslimin makin terdesak dan formasi pasukan sudah tidak kokoh lagi. Pada saat itulah Anas bin Nadhar r.a bertemu dengan sahabat Saad bin Muaz r.a dan berkata “Wahai Sa’ad engkau mau kemana. Sesungguhnya aku mencium aroma syurga dari balik gunung Uhud”, setelah berkata seperti itu Anas bin Nadhar r.a segera menerjunkan diri ke gerombolan pasukan lawan. Pedang ditangannya makin banyak memakan korban musuh sementara tubuhnya sudah rusak terkena tebasan pedang dan anak panah. Anas bin Nadhar sudah bulat hati tidak akan pulang kembali ke madinah dan ingin menemukan syahid di medan jihad. Dan keinginannya dipenuhi oleh Allah. Dia mati syahid dengan delapan puluh luka ditubuh. Tubuhnya sangat rusak dan tidak dapat dikenali kecuali oleh saudara wanitanya setelah mengecek jari jari tangannya. Sahabat yang mulia ini telah berkorban dengan cara yang terbaik dan termulia dalam meninggikan kalimatillah. Adapun nikmat aroma syurga yang Allah beri kepadanya ketika masih didunia adalah sebagian karomah yang Allah berikan kepada hamba hambanya yang sholeh.
No comments:
Post a Comment
Assalamualaikum.. Temen2 jangan lupa Komentar na ^_^