Pesawat drone bersenjata Amerika Serikat dikirimkan ke Yaman khusus untuk memburu warga negara AS berdarah Yaman, Anwar al-Awlaki.
Menurut harian Inggris Sunday Telegraph, langkah tersebut dilakukan menyusul adanya laporan keterlibatan Awlaki dalam upaya pembunuhan duta besar Inggris di Yaman minggu lalu.
Surat kabar tersebut menambahkan bahaw Presiden AS Barack Obama bulan lalu mengesahkan pembunuhan Awlaki yang dianggap memiliki keterkaitan dengan proses penembakan Fort Hood, Texas, yang menewaskan 13 orang prajurit AS serta upaya peledakan pesawat AS bulan Desember tahun lalu.
Langkah itu diambil Obama setelah intelijen AS mampu membujuk Gedung Putih karena ceramah-ceramah Awlaki dianggap sebagai ancaman besar untuk keamanan nasional AS.
Kini, para pejabat senior dinas intelijen AS meningkatkan upaya dalam memburu Awlaki menyusul bukti baru bahwa ulama kelahiran AS tersebut berperan dalam operasi al-Qaeda di Jazirah Arab, kelompok yang melakukan upaya pembuuhan terhadap Tim Torlot, 52, duta besar Inggris untuk Yaman.
Para rekan Torlot kemarin mengatakan bahwa sang duta besar “terguncang” karena serangan yang dilakukan hari Senin minggu lalu tersebut, yang terjadi saat iring-iringan mobil Torlot yang bersenjata lengkap melewati sebuah jalan menuju gedung kedutaan di ibu kota Yaman, Sanaa.
Torlot tidak terluka dalam kejadian tersebut, yang menewaskan sang pengebom dan melukai tiga orang lainnya. Torlot juga dikatakan tengah memulihkan diri dari trauma tersebut di kediaman resmi duta besar.
Torlot, yang telah berkeluarga dan memiliki seorang putri berusia 19 tahun, memicu kontroversi tahun lalu setelah memutuskan untuk tinggal bersama wanita simpanannya yang tengah hamil, seorang penulis Amerka berusia 40 tahun, di kediaman resmi duta besar Inggris setelah sang istri pulang ke Inggris dan melayangkan gugatan cerai.
Meski perzinahan dijatuhi hukuman mati dengan lemparan batu di Yaman, aparat keamanan tidak yakin bahwa kehidupan pribadi sang duta besar yang rumit merupakan alasan di balik serangan yang terjadi minggu lalu.
Mereka justru yakin bahwa sang pengebom, Ali as-Selwi yang berusia 22 tahun, dilatih di sebuah kamp pelatihan al-Qaeda di Jazirah Arab (AQAP), kelompok yang didirikan dengan bantuan mantan tahanan Guantanamo.
Sebelumnya, para pakar intelijen Barat meragukan hubungan antara AQAP dan Awlaki, 38, seorang ulama Muslim yang dilahirkan di New Mexico dan bertahun-tahun menjadi imam di AS sebelum pindah ke Yaman.
Nama al-Awlaki, yang dianggap sebagai salah satu penceramah al-Qaeda yang paling berpengaruh dan ceramah-ceramahnya sering muncul di situs-situs Islam radikal, mulai banyak mendapat sorotan tahun lalu setelah ia menjalin komunikasi intens via e-mail dengan Mayor Nidal Hassan, psikiater tentara yang dituduh menembak 13 prajurit di Fort Hood.
Ia memuji peristiwa Fort Hood tersebut dan mengatakan bahwa Muslim hanya perlu mengabdi pada militer AS jika ingin melakukan hal yang serupa.
Awlaki juga dituding memiliki peranan dalam radikalisasi Umar Farouk Abdulmutallab, pelajar Nigeria yang menempuh pendidikan di Inggris dan dituding berupaya meledakkan sebuah pesawat menuju Detroit, Natal tahun lalu.
Meski beberapa pemimpin AQAP diyakini baru-baru ini pindah ke Somalia agar tidak terkena serangan pesawat tanpa awak AS, Awlaki diyakini masih tetap berada di Yaman, dan saat ini berada di sebuah rumah di kawasan pegunungan Shabwa di Yaman.
Intelijen AS kin yakin bahwa peranan Awlaki sudah bergeser ke arah operasional dalam merencanakan serangan-serangan AQAP, meninggalkan peran intelektual dan pendukung di masa lalu. Meski masih belum dapat dipastikan apakah Awlaki terlibat secara langsung dalam merencanakan serangan bom bunuh diri terhadap iring-iringan Torlot, ia dikenal mendukung kamp tempat pelatihan sang pengebom. Para agen intelijen yakin bahwa selama Awlaki masih hidup, akan ada lebih banyak pemuda Muslim Yaman yang dilatih untuk misi-misi serupa.
Karena itu, militer AS mengirimkan drone-drone bersenjata ke Yaman untuk menyerang Awlaki dengan sedikit peringatan jika telah menerima data intelijen yang dapat dipercaya mengenai keberadaan sang ulama.
Munculnya Yaman sebagai basis AQAP menampakkan kesulitan yang dihadapi intelijen Barat dalam mencegah penyebaran kelompok-kelompok tersebut.
Meski al-Qaeda telah aktif di Yaman selama lebih dari satu dekade, dan dituduh bertanggung jawab dalam serangan bom terhadap kapal perang AS, USS Cole, pada tahun 2000 lalu dan menewaskan 17 orang, al-Qaeda semakin kuat dalam beberapa tahun terakhir menyusul dibebaskannya sejumlah anggota al-Qaeda dari penjara Guantanamo ke Arab Saudi.
Banyak di antaranya yang pergi ke Yaman dan membantu mendirikan kelompok baru.
Intelijen Inggris khususnya merasa khawatir dengan aktivitas al-Awlaki. Mereka yakin bahwa ceramah-ceramah Awlaki, yang mudah diakses di internet, cukup persuasif dalam menggerakkan para pemuda di Inggris.
Al-Awlaki pindah dari AS ke Inggris, kemudian ke Yaman pada tahun 2004, di mana ia ditangkap dan kemudian melakukan gerakan bawah tanah.
No comments:
Post a Comment
Assalamualaikum.. Temen2 jangan lupa Komentar na ^_^