Agak Pandai, dan Si Bodoh. Kehidupan mereka berlangsung
biasa saja seperti ikan-ikan lain, sampai pada suatu hari
ketika kolam itu kedatangan-seorang manusia
Ia membawa jala; dan Si Pandai melihatnya dari dalam air.
Sadar akan pengalamannya, cerita-cerita yang pernah
didengarnya, dan kecerdikannya, Si Pandai memutuskan untuk
melakukan sesuatu.
"Hampir tak ada tempat berlindung di kolam ini," pikirnya
"Jadi saya akan pura-pura mati saja."
Ia mengumpulkan segenap tenaganya dan meloncat ke luar
kolam, jatuh tepat di kaki nelayan itu. Tentu saja si
Nelayan terkejut. Karena ikan tersebut menahan nafas,
nelayan itu mengiranya mati: ia pun melemparkan ikan itu
kembali ke kolam. Ikan itu kemudian meluncur tenang dan
bersembunyi di sebuah ceruk kecil dekat pinggir kolam.
Ikan yang kedua, Si Agak-Pandai, tidak begitu memahami apa
yang telah terjadi. Ia pun berenang mendekati Si Pandai dan
menanyakan hal itu." Gampang saja," kata Si Pandai, "saya
pura-pura mati, dan nelayan itu melemparkanku kembali ke
kolam."
Si Agak-Pandai itu pun segera melompat ke darat, jatuh dekat
kaki nelayan. "Aneh," pikir nelayan itu, "ikan-ikan ini
berloncatan ke luar air." Namun, Si Agak Pandai ini ternyata
lupa menahan nafas, dan iapun dimasukkan ke kepis.
Ia kembali mengamat-amati kolam, dan karena agak heran
memikirkan ikan-ikan yang berloncatan ke darat, ia pun lupa
menutup kepisnya. Menyadari hal ini, Si Agak-Pandai berusaha
melepaskan diri ke luar dari kepis, membalik-balikkan
badannya, dan masuk kembali ke kolam. Ia mencari-cari ikan
pertama, ikut bersembunyi di dekatnya --nafasnya
terengah-engah.
Dan ikan ke tiga, Si Bodoh, tidak bisa mengambil pelajaran
dari segala itu, meskipun ia telah mengetahui pengalaman
kedua ikan sebelumnya. Si Pandai dan Si Agak-Pandai memberi
penjelasan secara terperinci, menekankan pentingnya menahan
nafas agar di
"Terimakasih: saya sudah mengerti," kata Si Bodoh. Sehabis
mengucapkan itu, ia pun melemparkan dirinya ke darat, jatuh
tepat dekat kaki nelayan. Sang nelayan langsung memasukkan
ikan ketiga itu kedalam kepisnya tanpa memperhatikan apakah
ikan itu bernafas atau tidak. Berulang kali dilemparkannya
jala ke kolam, namun kedua ikan yang pertama tadi dengan
aman bersembunyi dalam sebuah ceruk. Dan kepisnya sekarang
tertutup rapat.
Akhirnya nelayan itu menghentikan usahanya. Ia membuka
kepisnya, menyadari bahwa ternyata ikan yang di dalamnya
tidak bernafas. Ikan itupun dibawanya pulang untuk makanan
kucing.
Catatan
Konon, kisah ini disampaikan oleh Husein, cucu Muhammad,
kepada Khajagan ('Para Pemimpin') yang pada abad ke empat
belas mengubah namanya menjadi Kaum Naqsahbandi.
Kadang-kadang peristiwanya terjadi di sebuah 'dunia' yang
dikenal sebagai Karatas, di Negeri Batu Hitam.
Versi ini dari Abdul 'Yang berubah' Afifi. Ia mendengarnya
dari Syeh Muhammad Asghar, yang meninggal tahun 1813.
Makamnya di Delhi.
No comments:
Post a Comment
Assalamualaikum.. Temen2 jangan lupa Komentar na ^_^