Perpecahan kini menjadi hal biasa pada bangsa ini. Berbalut kepentingan politik, seakan-akan telah mengaburkan kebenaran hakiki. Dengan mengatasnamakan politik pula, tak ada lawan maupun kawan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi. Tak heran, elit sering melupakan rakyat, dan lebih memikirkan mana lawan yang bisa dijadikan kawan dan mana kawan yang harus dijadikan lawan demi mencapai tujuan. Di tengah keterpurukan bangsa ini dan tingkah elit itu, tak ada salahnya kita khususnya warga Kalsel merenungkan 13 wasiat yang ditinggalkan ulama besar KH Muhammad Zaini Abdul Ghoni atau yang akrab disapa Guru Sekumpul, yakni: Menghormati ulama; Baik sangka terhadap muslimin; Murah diri; Murah harta; Manis muka; Jangan menyakiti orang; Memaafkan kesalahan orang; Jangan bermusuh-musuhan; Jangan toma (tamak, Red); Berpegang kepada Allah pada qabul segala hajat; Yakin keselamatan itu ada pada benar (kebenaran, Red); Jangan merasa baik daripada orang lain; Tiap-tiap orang iri dengki atau adu-asah (adu domba, Red) jangan dilayani serahkan saja pada Allah Ta’ala.
Wasiat yang ditulis Guru Sekumpul sekitar 13 tahun lalu, tepatnya 11 Jumadil Akhir 1413 Hijriah, sangat dalam maknanya. Meski ditulis dalam bahasa yang sangat sederhana. Marilah kita bertanya dalam diri kita masing-masing: "Sudahkah semua itu kita jalankan dalam kehidupan sehari-hari?
Hari ini, sebagian umat Islam melaksanakan puasa pertengahan (nisfu) Sya'ban. Bagi mereka yang mengerjakannya, makna yang terkandung dalam nisfu Sya'ban ini diyakini sebagai momen untuk menyucikan diri dengan memperbanyak ibadah dan meminta ampunan kepada Allah SWT. Kemudian, sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan, bulan penuh ampunan, suatu momen yang tepat bagi seluruh anak negeri ini untuk melakukan perenungan tentang makna menahan diri dari berbagai nafsu. Tak hanya syahwat, tapi lebih dari itu yaitu nafsu yang terkadang berselimut di balik kebaikan dalam bentuk kepura-puraan. dari berbagai nafsu. Tak hanya syahwat, tapi lebih dari itu yaitu nafsu yang terkadang berselimut di balik kebaikan dalam bentuk kepura-puraan.
Dengan kita, semua anak negeri ini, merenungkan kembali wasiat yang disampaikan Guru Sekumpul, juga makna nisfu Sya'ban dan pemasungan nafsu pada bulan suci Ramadhan, semoga bangsa ini menemukan secercah harapan perubahan untuk menuju Indonesia yang benar-benar lebih baik, beretika, bermoral dan berbudaya (malu). Dengan kita, semua anak negeri ini, merenungkan kembali wasiat yang disampaikan Guru Sekumpul, juga makna nisfu Sya'ban dan pemasungan nafsu pada bulan suci Ramadhan, semoga bangsa ini menemukan secercah harapan perubahan untuk menuju Indonesia yang benar-benar lebih baik, beretika, bermoral dan berbudaya (malu).
Hamdani Sekumpul Blogs
Hari ini, sebagian umat Islam melaksanakan puasa pertengahan (nisfu) Sya'ban. Bagi mereka yang mengerjakannya, makna yang terkandung dalam nisfu Sya'ban ini diyakini sebagai momen untuk menyucikan diri dengan memperbanyak ibadah dan meminta ampunan kepada Allah SWT. Kemudian, sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan, bulan penuh ampunan, suatu momen yang tepat bagi seluruh anak negeri ini untuk melakukan perenungan tentang makna menahan diri dari berbagai nafsu. Tak hanya syahwat, tapi lebih dari itu yaitu nafsu yang terkadang berselimut di balik kebaikan dalam bentuk kepura-puraan. dari berbagai nafsu. Tak hanya syahwat, tapi lebih dari itu yaitu nafsu yang terkadang berselimut di balik kebaikan dalam bentuk kepura-puraan.
Dengan kita, semua anak negeri ini, merenungkan kembali wasiat yang disampaikan Guru Sekumpul, juga makna nisfu Sya'ban dan pemasungan nafsu pada bulan suci Ramadhan, semoga bangsa ini menemukan secercah harapan perubahan untuk menuju Indonesia yang benar-benar lebih baik, beretika, bermoral dan berbudaya (malu). Dengan kita, semua anak negeri ini, merenungkan kembali wasiat yang disampaikan Guru Sekumpul, juga makna nisfu Sya'ban dan pemasungan nafsu pada bulan suci Ramadhan, semoga bangsa ini menemukan secercah harapan perubahan untuk menuju Indonesia yang benar-benar lebih baik, beretika, bermoral dan berbudaya (malu).
Assalaamu'alaikum Warahmatullaah Wabarakatuhu, Ustadz Hamdani Sekumpul, jazakallah Khairan Katsier atas berbagi ilmunya tentang wasiat Tuan Guru Allahyarham 'Alimul'allamah Al 'Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani
ReplyDelete